Widget HTML #1

#06 Cara yang Benar Menemukan Perilaku Spesifik Belajar

Langkah Ketiga: Cocokkan diri kita dengan Perilaku Spesifik

          Setelah mengeksplorasi pilihan-pilihan perilaku sebanyak-banyaknya, sekreatif mungkin, kita sekarang berorientasi praktis. Cocokkan diri kita dengan Perilaku Spesifik Belajar tersebut. Dan, ini adalah kunci untuk perubahan hidup kita secara permanen.

          Dari perilaku-perilaku yang cocok dengan diri kita, nanti akan kita temukan Perilaku Terbaik, yang kita sebut saja dengan nama: Perilaku Emas Belajar. Perilaku Emas Belajar mempunyai 3 kriteria:

✓ Perilaku tersebut efektif dalam mewujudkan Aspirasi kita (akibat atau dampak).

✓ Kita ingin melakukan perilaku tersebut (Motivasi).

✓ Kita sanggup melakukan perilaku tersebut (Kemampuan).
          
          Kita akan menggunakan hasil penjelajahan perilaku belajar dan menulis kita yang lalu, dengan cara Pemetaan Perilaku. Pemetaan tersebut butuh waktu sebentar sekali, asalkan perangkatnya telah kita lengkapi. Kisaran 10 menit. Pada akhirnya, nanti kita akan mendapatkan 2 - 3 Perilaku Emas, dan pilihan perilaku yang lain akan kita sisihkan.
           
          Perilaku Emas Belajar bisa berupa:

✓ Tindakan Satu Kali, seperti; menghentikan berteman dengan seseorang, dalam artian tidak bersama dia terus menerus, karena ia kurang dalam semangat belajar. Ketika sering bersama teman tersebut, waktu banyak terbuang dengan sia-sia.

✓ Kebiasaan yang kita ulangi, hari demi hari, seperti; menulis 5 kalimat faedah kajian.

✓ Kebiasaan yang kita hentikan, seperti; membuka HP dan medsos, ketika bangun tidur, dan kita masih di tempat tidur.

Pemetaan Perilaku Spesifik

        Berikut kita lakukan Pemetaan Perilaku yang akan kita gunakan dalam mencocokkan perilaku dengan diri kita.
         
         Pertama kali, kita menuliskan seluruh daftar Perilaku Super Spesifik Belajar

Sesi kesatu
          Dalam sesi kesatu Pemetaan Perilaku, kita berpikir hanya tentang: 

✓ Dampak dari Perilaku tersebut, seberapa efektif Perilaku tersebut membantu dalam;
"lebih mengokohkan ilmu dalam kalbu, dengan menulis, dan menghasilkan bentuk-bentuk tulisan yang berbobot, dan asyik dibaca."
          
          Dalam sesi ini belum dipertimbangkan kelayakan atau kepraktisan. Itu nanti. Sekarang pada setiap Perilaku kita beri pertanyaan:
          
Seefektif apa perilaku ini untuk membantuku lebih mengokohkan ilmu dalam kalbu dengan menulis dan menghasilkan bentuk-bentuk tulisan yang berbobot dan asyik dibaca?
          
          Berikut panduan ulama Salaf dalam perilaku spesifik dalam belajar ilmu syar'i dan menulis:
          
          Ibnu Jama'ah rahimahullah mengatakan,

  أجـود الأوقـات للـحفـظ: الأسحـار، 
وللـبحـث: الأبكـار، 
وللـكتابة: الـنهـار،
وللـمطـالـعة والـمذاكرة: اللـيل 

"Waktu yang paling bagus 
  • untuk menghafal adalah waktu sahur, 
  • untuk pembahasan ilmiah adalah pagi hari, 
  • untuk menulis adalah siang hari 
  • dan menelaah serta muraja'ah (mengulang pelajaran) adalah malam hari."
(Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim hal. 72)

          Dengan demikian, jika kita ikuti cara belajar dan menulis dan waktu-waktunya menurut panduan Ulama Salaf, sudah pasti - Insya Allah - berdampak tinggi. Dengan kata lain efektifitasnya besar terhadap tertanamnya ilmu di dalam kalbu kita. Maka kita letakkan perilaku-perilaku tersebut di Pemetaan Perilaku, di bagian Perilaku Berdampak Tinggi.
         
         Namun, jika yang kita inginkan suatu kebiasaan baru lain agar kita terbiasa dengannya, dan belum ada panduan untuk melaksanakannya, maka; 
  • kita mesti memikirkan perilaku-perilaku tersebut apakah berdampak tinggi atau rendah
  • Lalu, memposisikan perilaku tersebut sesuai keefektifitasannya
  • Jika efektif perilaku diletakkan pada area Perilaku Berdampak Tinggi
  • dan jika kurang atau bahkan tidak efektif kita letakkan pada area Perilaku Berdampak Rendah.  
         Dan, kita teruskan cara ini perilaku demi perilaku. Jika kita tak yakin apa dampak dari suatu perilaku, lakukan yang terbaik, tempatkan di bagian dampak yang menurut kita benar. Tenang saja, nanti-nanti kita bisa merevisinya.
         
        Seandainya, kita salah meletakkan perilaku pada area Berdampak Tinggi; 
  • Itu tidak masalah. 
  • Misalkan perilaku itu telah dilakukan selama beberapa hari, 
  • kemudian kita menyadari bahwa perilaku tersebut tidak efektif, 
  • kita harus ingat ini hanya eksperimen, tak usah menyesal. 
  • Karena, kita bisa mencoba perilaku yang lain. 
  • Atau masih ada perilaku lain yang Berdampak Tinggi yang bersamaan dilakukan, karena tentu yang kita eksplorasi tidak hanya satu perilaku saja.     
        Setelah semua perilaku terletak pada bagian areanya sesuai keefektifitasannya, kita akan melihat apakah perilaku-perilaku tersebut cocok dengan kegiatan kita sehari-hari dari sisi kelayakan dan kepraktisannya, pada Sesi kedua.
        

Contoh Kasus: Perilaku Belajar Spesifik Pedagang Kaki Lima

Sesi kedua   
         Dalam sesi kedua ini, kita fokus pada kelayakan dan kepraktisan. Kita akan menjadi diri kita sendiri yang sebenarnya. Bukan versi imajinasi diri kita. 

Waktu Sahur
         Karena kebanyakan kita adalah pedagang makanan di kaki lima, maka misalkan kita seorang pedagang kaki lima makanan, perilaku kita yang pertama adalah:
         
✓ Sebelum shalat Subuh muroja'ah hafalan Al-Qur'an selama 30 menit, setiap hari.

Dan, ini terlihat jelas kita bangun tidur sebelum subuh, jika adzan subuh sekitar pukul 04.30, berarti 
  • kita bangun pukul 03.30, lalu 30 menit untuk "loading" dari bangun tidur dan 
  • persiapan, BAK, wudhu, dan sebagainya.
  • pukul 04.00 mulai muroja'ah.
          Kita mengamati perilaku tersebut, dan bertanya pada diri kita sendiri:

"Mampukah aku mendorong diriku sendiri melakukan ini?"
         
         Susunan kalimat tanya ini sangat penting. Karena ini menyatukan 2 hal secara bersamaan pada saat yang sama,  yaitu:

Motivasi
Kemampuan
 
        Dengan satu pertanyaan itu, kita menangani dua variabel dalam Desain Perilaku Belajar dan Menulis.
         
         Sehingga jika kita terapkan pada perilaku menghafal, seperti ini:

"Mampukah aku mendorong diriku sendiri, sebelum shalat Subuh muroja'ah hafalan Al-Qur'an selama 30 menit, setiap hari?"
         
         Mungkin jawabannya, "Ya". Karena bangun tidur sebelum adzan Subuh telah menjadi kebiasaan kita, misalnya. Dan, kita bisa menggabungkan hafalan Al-Qur'an dengan shalat lail dan witir, dimana bacaan surat Al-Qur'an dalam shalat tersebut merupakan hafalan yang hendak kita muroja'ah. Perilaku kita geser ke area kita mampu mendorong diri kita sendiri untuk melakukannya.

         Dan, perilaku hafalan tidak hanya Al-Qur'an saja, tetapi bisa Hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan doa sehari-hari sesuai Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Untuk keperluan hafalan dua yang terakhir tentu saja kita lakukan di luar shalat.
         
Pagi Hari
           Perilaku berikutnya misalnya adalah:

✓ Setelah waktu Syuruq membahas ilmiah Ushuluts Tsalatsah selama 30 menit, setiap hari.

           Pada mulanya, itu seperti ide yang bagus sesuai anjuran ulama untuk membahas ilmiah di pagi hari. Tetapi, setelah dicocokkan dengan kegiatan berjualan kita, ternyata di waktu pagi itu; 
  • waktu persiapan jualan, 
  • bebenah rumah, 
  • urus anak dan 
  • "ternak teri" (anter anak, anter istri)
          Tanyakan kepada diri kita sendiri,

 "Mampukah aku mendorong diriku sendiri, setelah waktu Syuruq membahas ilmiah Ushuluts Tsalatsah selama 30 menit, setiap hari?
           
          Mungkin, dahi kita langsung terlipat, dan banyak alasan-alasan kesibukan lain yang tak bisa ditinggalkan yang merupakan kewajiban yang lebih penting bagi seorang kepala keluarga. Itu berarti kita tak mampu mendorong diri kita untuk melakukannya. 
           
          Sepertinya prosesnya sederhana, tetapi terkadang ada perilaku yang kita ragu-ragu ingin melakukan apa tidak. Jika demikian kita bisa bantu dengan pertanyaan:

"Apakah aku ingin melakukan perilaku ini?"

          Dengan kata lain, kita sedang memancing ingin mengetahui seberapa kuat Motivasi kita. Mungkin untuk perilaku belajar, tentu kita mempunyai Motivasi yang kuat, apalagi yang kita pelajari terkait bidang Aqidah seperti Ushulust Tsalatsah. Hanya saja karena secara Kemampuan kita tak mampu melakukannya, ada hal yang darurat mesti diselesaikan. 
  • Mungkin solusinya kita cari waktu lain yang lebih longgar, sehingga kita mampu melakukannya.

Interupsi! - Perilaku lain yang bukan untuk Belajar

          Sedangkan untuk kebiasaan lain yang bukan untuk belajar, kita tak bisa, membuat diri kita sendiri untuk melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan. Setidaknya secara konsisten. Saat kita mencocokkan dengan perilaku, haruslah perilaku yang:

✓ kita inginkan,
bukan yang harus kita lakukan.

           Dan, kita tak usah pusing dengan urusan Motivasi yang mengharuskan suatu perilaku. Sang Motivasi memang belum kokoh. Contohnya, kita punya Aspirasi "menurunkan berat badan", lalu kita memiliki perilaku olah raga. Olah raga secara rutin jelas mengandung dampak yang tinggi membakar lemak tubuh karena obesitas. Lalu ada pilihan olah raga:

✓ lari atau joging
✓ bersepeda

           Dari dua jenis olah raga tersebut, kita bingung, "Manakah yang aku mampu mendorong diriku sendiri untuk melakukannya?"

          Maka kita tanya kembali kepada diri kita, 

"Apakah aku ingin melakukan perilaku ini?

          Lari atau jogging sebetulnya lebih cepat membakar lemak tubuh, sedang bersepeda kurang efektif. Tetapi, misalkan kita lebih senang bersepeda daripada joging, tentu jawaban "ya" pada pertanyaan kedua, ada pada bersepeda.
           
          Kita tak perlu Motivasi lebih kuat untuk bersepeda daripada joging. Itulah sebabnya sementara kita abaikan Motivasi yang masih lemah dalam perilaku jogging. Kita akan berpikir, 

"Tentu saja, aku mampu mendorong diriku sendiri untuk bersepeda dari pada joging". 
           
           Dan, perlu diingat ketika kita memilih perilaku yang lebih kita inginkan, daripada yang harus kita lakukan, tidak ada penghakiman diri kita. Bayangkan diri kita sendiri yang melakukan perilaku tersebut, apakah:

✓ Kita merasakan letupan kecil rasa berat dan takut, ataukah
✓ kita merasakan ada semangat akan melakukan perilaku tersebut.

          Ada banyak kemungkinan, tetapi yang jelas perbedaannya pada antara "ingin" dan "harus".
           
          Desain Perilaku selain belajar ilmu syar'i mempunyai kunci, bahwa:

Perubahan yang langgeng adalah mencocokkan diri kita sendiri dengan perilaku yang kita inginkan.
           
          Jadi, atas dasar pilihan "ingin" daripada "harus" sebagai pedoman pula, kita dapat mengadakan pendekatan yang lain. Yaitu:

✓ Kita fokus pada kebiasaan yang motivasinya untuk melakukannya telah kita miliki. Dalam artian, kita lebih berhasrat ke suatu perilaku daripada suatu perilaku yang harus kita lakukan.

✓ Perilaku yang harus kita lakukan, akan kita rasakan ketika kita memilih suatu perilaku, lalu kita mencoba menambah motivasinya. Bukan itu yang kita pilih, ketika perilaku-perilaku telah berada di area Berdampak Tinggi.

Contoh Kasus: Perilaku Belajar Spesifik Pedagang Kaki Lima yang Harus Dilakukan VS yang Ingin Dilakukan 

Siang Hari
          Terkadang, mencocokkan diri kita dengan perilaku, termasuk perilaku belajar yang kita ingin lakukan sangatlah penting untuk perubahan hidup yang berkesinambungan, konsisten.
   
          Dan, sebetulnya dalam kasus perilaku belajarpun terkadang mempunyai permasalahan demikian.
           
          Kita coba lagi, perilaku yang siang hari:

✓ Setelah shalat Zhuhur dan makan siang, menulis Hadits-hadits Arbain Nawawi beserta syarahnya, selama 30 menit, saban hari.
     
           Menurut ulama Salaf, siang hari adalah waktu yang sangat cocok, dan tentu Berdampak Tinggi adalah menulis.

          Tanyakan kepada diri kita sendiri, 

"Mampukah aku mendorong diriku sendiri, setelah shalat Zhuhur dan makan siang, menulis Hadits-hadits Arbain Nawawi beserta syarahnya, selama 30 menit, saban hari?
           
          Namun, setelah kita cocokkan dengan kegiatan berjualan, siang hari bagi penjual "makanan berat", seperti fried chicken adalah waktunya padat pembeli. Sehingga tak mungkin melakukan kegiatan belajar dengan menulis. 

          Hanya saja ada waktu agak sepi pembeli ketika menjelang waktu Ashar. Namun, karena siang hari tenaga telah terkuras melayani pembeli, maka kemampuan untuk menulis yang butuh berpikir dengan daya rasio tinggi tidak efektif lagi. Padahal, ulama mengatakan siang hari efektif untuk menulis. Berarti dari sisi Motivasi cukup, tetapi Kemampuan rendah.
           
          Bagaimana solusinya?
           
          Kita bisa tetap belajar, hanya saja kita pilih perilaku belajar yang kita inginkan yang tentu keefektifitasannya kita telah tahu juga tinggi semua. Kita bisa lakukan, yang tidak terlalu membutuhkan tenaga, sehingga kita mampu melakukannya, yaitu membaca atau mendengar. Tentu membaca atau mendengarkan pelajaran lebih ringan daripada menulis.

✓ Membaca atau mendengar kajian Sirah Nabawiyah atau Tarikh /Sejarah Islam, atau

✓ Membaca atau mendengarkan kajian Fiqih, sampai menjelang adzan waktu shalat Ashar. 
       
          Dari segi keharusan mempelajari ilmu, tentu bidang Fiqih lebih harus kita pelajari karena terkait ibadah praktis. Namun, karena bidang sejarah semacam cerita, yang tidak terlalu membutuhkan daya rasio tinggi. Dan, sejarah lebih kita inginkan dibanding Fiqih adalah yang harus kita pelajari. 
           
           Sehingga, dalam hal ini kita telah memakai pendekatan lain, yaitu; 

memilih perilaku belajar yang kita ingin lakukan sesuai kondisi (sejarah) daripada perilaku belajar yang harus kita lakukan menurut ulama Salaf (yakni; fiqih). Adapun ilmu Fiqih, bisa kita carikan waktu belajar lain yang lebih tepat.
           
Malam Hari
           Untuk malam hari, ulama menganjurkan muroja'ah atau menelaah pelajaran, kita coba:

Setelah Isya, muroja'ah pelajaran Tafsir As-Sa'dy lalu mencatat, selama 30 menit.
           
          Kita mengamati perilaku tersebut, dan bertanya pada diri kita sendiri:     
       
"Mampukah aku mendorong diriku sendiri melakukan, setelah Isya, muroja'ah pelajaran Tafsir As-Sa'dy lalu mencatat, selama 30 menit?"
         
          Mungkin jawabannya "ya", karena keluarga dan anak-anak sudah menjelang istirahat tidur. Sehingga secara Kemampuan, tak ada yang menghalangi, ada kemudahan di situ. Dan, saat itu juga belum terlalu larut, jadi masih ada tenaga untuk fokus belajar dan menulis ilmu. Suasana pun sudah tenang, tak ada aktivitas keseharian lagi. Dari segi motivasi pun masih cukup, dan tak ada fluktuatif yang menggoncang.

Tengah Malam
          Untuk waktu tengah malam, misalkan ketika kita telah mampu untuk bangun tidur pada waktu tengah malam, terkhusus untuk ini ada panduan; 
  • dari Ulama Salaf kita Syaikh Muhammad Shaleh al-Utsaimin yaitu pada postingan "Manakah yang lebih utama qiyamul lail (shalat malam) atau mencari (belajar) ilmu (syar'i)?" bisa TAP /KETUK pintu linknya di sini.
  • Dan juga, pada postingan Suplemen "Mendesain Gaya Hidup Malam Salaf" bisa TAP /KETUK pintu linknya di sini.       
          Baiklah, kita lakukan hal yang sama, perilaku demi perilaku yang kita inginkan, sampai semua perilaku belajar dan menulis ada pada Pemetaan Perilaku.
           
          Jadi, tujuan dari Pemetaan Perilaku adalah:

untuk mencocokkan diri kita dengan perilaku yang ingin kita lakukan dengan mudah dan efektif dalam membantu kita mencapai aspirasi kita, terkhusus dalam hal ini adalah aspirasi Belajar ilmu syar'i dengan Menulis.
            
          Nah, 
  • ketika kita mulai dari yang termudah 
  • dan lambat laun termotivasi
  • kita nanti akan mampu naik peringkat secara alami ke perilaku yang lebih besar.      
          Berbagai kebiasaan baru yang cocok dengan kondisi kita sendiri, akan sanggup kita lakukan bahkan pada saat ketika kita terburu-buru, tidak termotivasi, dan tidak sempurna sekalipun.
            
          Jika kita, 
  • mampu melakukan suatu perilaku tersebut di atas pada hari terberat kita dalam sepekan
  • tentu derajat kecocokannya sangat tinggi. 
  • Mungkin, bahkan itu adalah Perilaku Emas kita.       
          Berikut referensi jenis-jenis pelajaran ilmu syar'i yang dapat kita pakai sebagai acuan,
            
          1. Pelajaran utama:

1. Aqidah atau Tauhid
2. Tafsir Al-Qur'an 
3. Fiqih (Ibadah Praktis)
4. Akhlaq atau Adab
5. Hadits
6. Ilmu Waris
7. Ilmu Ushul atau Qawaid (Kaidah-kaidah)
8. Sirah Nabawiyah
9. Tarikh (Sejarah) Islam
10. Musthalah Hadits
11. Tanya Jawab
12. Lain-lain
            
          2. Ilmu Alat:

1. Nahwu (Tata bahasa Arab)
2. Sharaf (Morfologi kata bahasa Arab)
3. Imla'
4. Khat
5. Qira'ah, Tajwid, dan Tahsin Al-Qur'an 
            
          3. Hafalan:

1. Al-Qur'an
2. Hadits
3. Doa-doa sehari-hari
4. Qoul Ulama
            
          Lengkapnya Senarai Pelajaran Ilmu Syar'i dengan Kitab-kitab Referensinya bisa TAP /KETUK pintu linknya di sini.       

          Jika dapat kita simpulkan, kita dengan profesi berjualan makanan di kaki lima, ternyata masih ada kesempatan waktu untuk belajar dan menulis:

Sebelum Subuh: untuk hafalan.

Menjelang Ashar: membaca atau mendengar, lalu menulis jika mampu.

Setelah Isya: murajaah kitab atau buku dan menelaah, dan menulis jika mampu.

Tengah Malam: belajar, apapun perilaku spesifiknya, (Shalat Lail - jika cukup waktu), Shalat Witir.

          Dan dari jenis; 
  • 1. pelajaran, 2. ilmu alat dan 3. hafalan
  • kita bisa membaginya selama sepekan
  • Pekan berikutnya mengulang kembali dari pelajaran pertama. 
  • Adapun hafalan bisa kita lakukan setiap hari
          Ingat!

Sesuatu yang kecil dan berulang-ulang, akan mampu menjadikan perubahan besar dalam hidup kita. Insya Allah.
            
          Semoga Allah Subhana wa ta'ala mudahkan. Aamiin.
            

Perilaku Emas

          Saat kita telah nenyelesaikan Pemetaan Perilaku, Perilaku-perilaku Spesifik telah terdeteksi seluruhnya.
          
          Dan, kita akan menemukan Perilaku Emas Spesifik kita. Yaitu; 

perilaku-perilaku yang terdapat pada area 
  • berdampak tinggi 
  • dan kita layak kita lakukan secara praktiknya. 
          Dalam hal ini, kita misalkan kasus di atas sebagai pedagang kaki lima, pada aspirasi Belajar dan Menulis adalah:

Sebelum shalat Subuh muroja'ah hafalan Al-Qur'an selama 30 menit, setiap hari. Dan, 
Setelah Isya, muraja'ah pelajaran Tafsir As-Sa'dy lalu mencatat, selama 30 menit.
          
          Untuk waktu setelah shalat Isya, 
  • pelajarannya bisa kita ganti-ganti dalam sepekan sesuai kebutuhan. 
  • Kita bisa pilih pada referensi daftar pelajaran pada Senarai Pelajaran Ilmu Syar'i.  
          Juga, untuk waktu sebelum Subuh, 
  • selain hafalan Al-Qur'an 
  • bisa kita gunakan untuk menghafal Hadits
  • Doa-doa sehari-hari, 
  • dan Perkataan Atsar-atsar Ulama Salaf
          Sehingga dalam sepekan kita bisa selang-seling sesuai kebutuhan. Jadi, untuk hafalan terlakukan semua. Insya Allah.
          
          Dengan kita bergerak dari Aspirasi menuju kepraktisan, kita akan memiliki perilaku konkret dan mudah kita lakukan.
          
          Perlu diketahui juga, bahwa; 
  • kita pun bebas untuk merevisi setiap suatu kebiasaan baru tersebut. 
  • Yang tadinya kebiasaan yang kita inginkan, berpindah kepada kebiasaan yang harus kita lakukan,
  • ketika Motivasi kita tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu, 
  • dan terbiasanya melakukan kebiasaan, konsisten, secara otomatis, tanpa beban.
          Perilaku Emas mengakibatkan kita akan merasa optimis dan bersemangat melakukannya. Apa yang:

ingin (Motivasi) kita lakukan,
✓ dan apa yang bisa (Kemampuan) kita lakukan 
✓ akan menyatu
✓ dan menjadi apa yang kemungkinan besar, akan kita lakukan.
          
          Dan, itu ibarat,
  • tanah tersubur untuk menumbuhkan kebiasaan baru.
Jika, kita menanam benih bagus di tempat yang tepat, benih tersebut akan cepat tumbuh tanpa banyak usaha dari kita.
          
          Dengan memulai perilaku; 
  • yang bisa 
  • dan ingin kita lakukan 
  • adalah benih yang bagus, yang akan membawa,
keberhasilan
✓ meningkatkan kepercayaan diri
✓ meningkatkan ketrampilan selagi kita masih melakukannya, dan akan
✓ dan akan meningkatkan motivasi secara alami, dan perilaku tersebut akan 
✓ dan perilaku tersebut akan semakin besar dan semakin besar.
          
          Namun, semua itu harus dimulai dari sesuatu;

✓ yang kecil
jujur dan
✓ super spesifik.
          
          Kita boleh saja berimajinasi tentang Aspirasi, tetapi tidak untuk Perilaku. 
  • Perilaku mesti membumi, konkret, mampu dilakukan. 
  • Perilaku adalah pegangan dan pijakan, anak tangga demi anak tangga
  • yang membantu kita mendaki tebing
  • Jalan kita menuju puncak perubahan kehidupan 
  • adalah pilihan yang cocok untuk kita sendiri 
  • sesuai sifat tebing yang cocok pula pada kondisi kita. 
✓ Jika kondisi kita mampu mendaki tebing perubahan hidup yang agak landai, ya itulah yang cocok buat kita. 

✓ Jika kondisi kita sanggup mendakinya yang sedikit curam, ya itu pulalah yang sesuai untuk kita.
          
Mencocokkan diri kita sendiri dengan perilaku yang tepat adalah: langkah paling penting dalam proses desain perilaku, dan hal yang paling penting sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan perilaku, jika timbul.
          
          Sekarang, kita ulangi urutannya sebagai kesimpulan, dan mengingat kembali dalam Desain Perilaku Belajar dengan Menulis, telah sampai dimanakah kita:

Langkah Pertama: Perjelas Aspirasi atau Hasil

Langkah Kedua: Jelajahi Sekumpulan Perilaku Spesifik

Langkah Ketiga: Cocokan Diri Kita dengan Perilaku Emas Super Spesifik
          
          Desain Perilaku juga bisa kita gunakan untuk semua kebiasaan yang kita tumbuhkan, seperti dalam:

✓ Kebiasaan  Belajar 
✓ Keterampilan  Menulis 
✓ Meningkatkan kebiasaan ibadah praktis
✓ Keterampilan atau Keahlian dalam Pekerjaan
✓ Program Kesehatan diri
✓ Menemukan bakat terbaik
✓ Menumbuhkan sifat atau karakter baik pada diri kita
✓ Meninggalkan kebiasaan buruk, termasuk yang dilarang oleh Allah Subhana wa ta'ala
✓ Mengembangkan suatu keterampilan tertentu 
✓ Menciptakan berbagai kebiasaan produktif
✓ dan banyak lagi.
          
          Langkah berikutnya - insya Allah - adalah menjadikan segalanya sesederhana mungkin. Langkah kecil adalah pendekatan yang cukup berarti dalam dunia perubahan perilaku. 

          Kita akan melihat arti sebenarnya kecil, dan bagaimana mewujudkan Perilaku Emas Belajar dan Menulis menjadi kenyataan dengan memulai dari yang kecil secara sengaja, tetapi bertujuan jelas dan berhasilkan perubahan radikal.
          
***

Desain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya


WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#06 Cara yang Benar Menemukan Perilaku Spesifik Belajar"

Tanya-Jawab Islam
Bertanyalah kepada
Orang Berilmu

Doa dan Zikir
Benteng
seorang Muslim

Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Ilmu Nahwu
Tata Bahasa
Bahasa Arab
Ilmu Sharaf
Perubahan Kata
Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari.