#03 Perubahan bisa Mudah dan Menyenangkan
Sebelum memulai membahas lebih lanjut tentang tema ini, kita mengingatkan apa yang telah nukil dalam postingan: Kekokohan Kalbu pada Kebaikan - ada 3 Jenis Kalbu. Kita "copas" kembali dulu di sini:
Hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, telah bersabda,
"Permisalan kalbu seperti bulu di atas tanah, bulu itu dibolak-balikkan oleh angin."
Hadits dishahihkan dalam Al-Misykah no. 103
Telah kita ketahui di dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi bahwasannya, Kalbu dalam kekokohannya atas kebaikan dan keburukan atau kebimbangannya di antara kedua hal tersebut, terbagi 3 jenis kalbu;
3. Kalbu yang tidak kokoh, mengajak kepada keburukan diikuti ajakan kepada kebaikan.
Nah, sekarang kita akan membahas kondisi Kalbu jenis ketiga, yakni Kalbu yang tidak kokoh. Karena kita anggap dulu;
- Secara mayoritas Kalbu kita rata-rata termasuk jenis yang tidak kokoh ini.
- Belum termasuk Kalbu yang senantiasa bertakwa seperti kalbunya para Ulama Salaf yang kokoh dan konsisten pada kebaikan.
- Dan, mudah-mudahan juga tak termasuk Kalbu yang selalu terjerembab ke dalam keburukan seperti para ahli maksiat dan orang-orang fasiq - na'udzu billahi min dzalika.
Baiklah, bagi Kalbu yang tidak kokoh tersebut, ketahuilah bahwa,
Perubahan bisa mudah dan menyenangkan.
Dan, kecil itu besar, jika itu berkaitan dengan perubahan.
✓ Menjadi berakhlaq lebih mulia✓ Ingin belajar lebih konsisten✓ Ingin menurunkan berat badan✓ Berhasrat berolah raga lebih banyak✓ Mengurangi stress (tekanan pikiran)✓ Menjadi orang tua lebih baik✓ Memakan makanan yang lebih sehat✓ Menjadi suami atau istri lebih baik✓ Ingin lebih produktif✓ Ingin lebih kreatif✓ Menjadi lebih terampil menulis✓ Dan banyak lagi
Namun, berdasarkan penelitian, ternyata ada hal yang menunjukkan kesenjangan yang sangat lebar antara:
Apa yang diinginkan >< apa yang benar-benar dilakukan.
Kesenjangan itu, artinya kita ternyata benar-benar tidak melakukan apa yang kita inginkan.
Dan, kita seringnya menyalahkan diri kita, Misalkan dengan hati kita berkata,
"Itu salahku, aku tak punya semangat. Seharusnya aku belajar dan mencatat lebih banyak, tetapi aku tak melakukannya. Ini memalukanku!"
Sementara ini, kita katakan, "Itu bukan salah kita."
Karena, kalbu kita memang belum kokoh, Motivasi masih belum bisa diandalkan, dalam melaksanakan suatu perilaku. Belum stabil, goncangannya masih sangat bergejolak.
Dan, untuk membuat perubahan menuju semakin lebih baik, ketahuilah tak sesulit yang kita bayangkan!
Kita,
- banyak terjebak ke dalam kegagalan,
- dan membuat kesimpulan yang salah,
- dan adanya pintu hawa nafsu buruk (karakter buruk) yang selalu terbuka di kalbu, senantiasa mengajak kepada keburukan untuk melemahkan mengadakan perubahan lebih baik.
- Bahkan, berkolaborasi dengan hembusan was-was pasukan Iblis pada kalbu kita,
di antaranya:
✓ Perubahan itu sulit dilakukan.✓ Kita tak punya Motivasi
Padahal ada, hanya saja kecil, lemah atau tidak kokoh, semestinya kita akui dengan kerendahan hati.
Maka, sementara kita jawab bahwa,
kedua kesimpulan tersebut tidak tepat, atau setidaknya kurang tepat.
Jawaban yang tepat adalah,
permasalahannya terletak pada pendekatannya sendiri, bukan pada kesalahan diri kita.
Coba kita misalkan, jika kita mencoba merakit sebuah perabotan rumah tangga yang baru kita beli. Kebetulan perabotan tersebut, terdiri dari bagian-bagian yang belum dirakit utuh. Sehingga kita mesti merangkaikannya sendiri. Ternyata, ada bagian-bagian yang kurang, yang tak terdapat dalam kemasan perabotan tersebut, yang seharusnya ada. Akhirnya kita gagal menjadikannya perabotan rumah tangga yang sesuai dengan apa yang telah kita beli.Apakah kita akan menyalahkan diri kita dengan kegagalan tersebut?Tentu saja jawabannya: tidak! Namun kita akan menyalahkan toko atau pabrik perabotan tersebut, mengapa sampai teledor tidak melengkapi bagian-bagian komponen perabotan tersebut.
Tetapi, anehnya jika kita gagal dalam usaha melakukan perubahan, perubahan apa saja, termasuk ingin belajar dan menulis atau mencatatnya lebih konsisten, kita hampir tidak pernah menyalahkan "pabrik" nya atau pendekatan kepada perubahannya tersebut. Kita akan selalu - dan menganggap ini satu-satunya sebab - menyalahkan diri kita sendiri. Padahal lemahnya Motivasi hanyalah salah satu sebab saja.
"Andaikata kita orang berkarakter yang lebih baik, kita tak akan gagal."
"Andaikata kita orang bersifat teliti dan berwatak menepati janji dengan apa yang kita ucapkan pada diri kita sendiri, pasti akan berhasil."
"Masalahnya hanya pada membenahi watak diri kita kok, lalu bangkit kembali dengan usaha sendiri, dan berusaha lebih baik."
Betul, 'kan?
Tidak seluruhnya itu betul. Masalahnya belum tentu hanya pada diri kita.
Penyakit lainnya - selain Motivasi yang lemah - ada pada pendekatan kita terhadap perubahan. Itu salah satu penyebab lainnya, adalah terkait cacat perencanaan, bukan cuma cacat orang.
Membangun kebiasaan belajar dan menulis menuju perubahan positif bisa mudah, jika kita memiliki pendekatan yang tepat yaitu, suatu sistem yang:
✓ berdasarkan cara kerja kejiwaan manusia sebenarnya.✓ Proses yang menjadikan perubahan lebih mudah,✓ cara-cara yang tak bergantung pada perkiraan atau prinsip yang cacat.
Untuk mendesain berbagai kebiasaan sukses, termasuk kebiasaan belajar dan menuliskan ilmu yang dipelajari, kita harus melakukan 3 hal:
1. Berhenti menghakimi diri sendiri.
2. Tentukan Aspirasi kita (keinginan kita) dan pecahlah menjadi perilaku kecil-kecil (apa yang kita lakukan) demi Aspirasi kita tersebut.
3. Terimalah kesalahan sebagai penemuan baru, dan pijaklah ia sebagai pijakan untuk melangkah maju, berikutnya.
Perubahan terbaik, jika kita melakukannya dengan asyik, senang dan semangat, bukan dengan rasa bersalah. Proses yang seharusnya kita lakukan adalah:
✓ tidak terlalu menuntut kita untuk mengandalkan tekad yang kuat.
✓ tidak menetapkan ukuran keberhasilan, fokus pada proses.
✓ atau tidak menjanjikan hadiah bagi diri sendiri.
✓ tak ada target jumlah hari yang tertentu.
✓ menjembatani antara yang kita yang sekarang sampai kita yang kita inginkan nanti, secara mudah dan asyik.
✓ mengganti saran dengan proses atau kerangka kerja spesifik sepenuhnya.
✓ Dan banyak lagi.
Kita mesti menerapkan metode yang mampu membuat terobosan perubahan dalam kehidupan belajar dan menulis kita - dan orang lain. Hebatnya lagi, kita akan bisa asyik, begitu kita menyingkirkan penghakiman terhadap diri berganti dengan eksplorasi ilmiah.
Hasrat mengeksplorasi dan menemukan sesuatu, merupakan syarat untuk perubahan lebih baik.
***
Posting Komentar untuk "#03 Perubahan bisa Mudah dan Menyenangkan"
Posting Komentar