Widget HTML #1

#16 Bencana Lisan - Ghibah (Menggunjing)

8. Ghibah (menggunjing)

Ghibah serupa dengan memakan bangkai

          Telah disebutkan larangan terhadap ghibah di dalam al-Kitab al-'Aziz. 

          Dan, Allah menyerupakan orang yang melakukannya dengan orang yang memakan bangkai.

          Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
         "Sesungguhnya, darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian haram atas kalian." (untuk ditumpahkan, dirampas atau dilanggar - red)

Hadits shahih: dikeluarkan oleh al-Bukhari (67) al-Ilmu, (1679) dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu.

          Dan, dari Abu Barzah al-Aslami, telah berkata, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,
          "Wahai orang-orang yang beriman dengan lisan mereka, sementara keimanan belum masuk ke kalbu mereka! Janganlah kalian menggibahi kaum muslimin dan janganlah mencari-cari aurat (aib) mereka. Maka sesungguhnya, barang siapa mencari-cari aurat (aib) saudara mereka, maka Allah akan mencari-cari aurat (aib) nya. Barang siapa, yang Allah mencari-cari aurat (aib) nya, Allah akan membongkar (membuka) aibnya walaupun ia berada di dalam rumahnya."

Hadits hasan shahih: dikeluarkan oleh Abu Dawud (4880) al-Adab, dan Ahmad (19277) dari Abu Hurairah, dan al-Albani berkata: ((hasan shahih)), dan dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu Umar (2032), dan dishahihkan oleh al-Albani.

         Dan, di dalam hadits lainnya, 
          "Jauhilah ghibah, karena ghibah itu lebih parah daripada zina. Sesungguhnya seorang lelaki terkadang berbuat zina dan minum (khamr - minuman keras), kemudian ia bertobat, lalu Allah menerima tobatnya. Sedangkan orang yang berghibah tidak akan diampuni oleh Allah sampai orang yang dighibahinya memaafkannya."

Hadits dhaif: didhaifkan oleh al-Albani dalam Dhaiful Jami' (2204) dan dhaif jiddan dalam adh-Dhaifah (1846).

          Dan, Ali bin Husain radhiyallahu 'anhu telah berkata,
         "Jauhilah ghibah, karena ghibah adalah makanan anjing-anjing manusia."

          Hadits-hadits dan atsar-atsar pada masalah ghibah sangat banyak dan masyhur.

Makna Ghibah

          Makna ghibah adalah:

Anda menyebutkan saudara Anda - ketika ia tidak bersama Anda - dengan hal-hal yang ia benci kalau ia mengetahuinya, mengenai:

1. Terkait kekurangan fisik (badannya), seperti matanya yang rabun, buta, atau juling, kepalanya botak, badannya tinggi ataupun pendek, dan lain-lain yang semisalnya.

2. Terkait dengan nasabnya, seperti misalnya engkau berkata, bahwa ayahnya rakyat jelata, orang India (? - red.), orang fasik, atau orang rendahan, dan lain-lain yang semisalnya.

3. Terkait dengan akhlaqnya, misalnya engkau mengatakan, "Dia itu berakhlaq jelek, kikir, sombong." dan lain-lain yang semisalnya.

4. Terkait dengan pakaiannya, seperti pakaiannya berbuntut panjang, berlengan lebar, dan kotor, dan lain-lain yang semisalnya.

          Dan dalil pada hal tersebut, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang ghibah, maka beliau menjawab,
          "Engkau menyebutkan tentang saudaramu dengan apa-apa yang tidak ia sukai."
          Kemudian si penanya bertanya lagi, "Bagaimana pendapatmu jika pada saudaraku itu ada seperti yang aku katakan wahai Rasulullah?"
          Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun menjawab,
          "Jika pada saudaramu itu terdapat apa-apa yang engkau katakan, maka engkau telah menggibahinya, dan jika tidak ada padanya apa-apa yang engkau katakan, maka engkau telah berdusta."

Hadits shahih: dikeluarkan oleh Muslim (2589) البر و الصلة, dan oleh at-Tirmidzi (1934) البر و الصلة, dan Abu Dawud (4874) al-Adab, dan Ahmad (7106), dari العلاء dari ayahnya dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dan Abu Isa berkata: ((dan di dalam bab dari Abu Barzah dan Ibnu Umar dan Abdullah bin Amr. Abu Isa berkata: itu adalah hadits hasan shahih)).

          Dan ketahuilah, sesungguhnya termasuk ghibah adalah:

✓ Segala sesuatu yang dipahami bahwa tujuannya adalah mencela dan menghina.
✓ baik berupa ucapan atau selainnya, seperti
isyarat dengan mata, dan
tulisan dengan pena - sesungguhnya pena itu salah satu dari dua lisan.

Ghibah terjelek

          Ghibah terjelek adalah: Yang dilakukan oleh orang-orang yang berpura-pura zuhud, yang ingin amalannya dilihat oleh orang lain. 

          Sebagai contoh, 

✓ ketika seseorang disebutkan di dekat mereka (yang menemui penguasa - ed.), mereka mengucapkan, "Alhamdulillah segala puji bagi Allah, yang tidak memberi kami ujian berupa masuk menemui penguasa dan tidak tahu malu untuk mendapatkan harta dunia."

✓ Demikian pula ucapan mereka, "Kita berlindung kepada Allah dari sedikitnya rasa malu." (terkait ada orang yang tidak memiliki rasa malu - ed) Atau ucapan,"Kami memohon perlindungan kepada Allah." Mereka itu telah menggabungkan ghibah yang tercela dengan pujian terhadap diri sendiri.

✓ Terkadang, ketika salah satu dari mereka menyebutkan seseorang di dekat mereka"Kasihan sekali orang itu. Ia telah ditimpa ujian dengan bencana yang besar. Semoga Allah mengampuni kita dan dia." Dia menampakkan doa, tetapi menyembunyikan maksud sebenarnya.

Hukum mendengarkan Ghibah

          Dan ketahuilah, orang yang mendengarkan ghibah dianggap ikut terlibat di dalam ghibah tersebut. Dia tidak akan selamat dari dosa akibat mendengar ghibah sampai ia mengingkarinya:

✓ dengan lisan, atau 
✓ dengan kalbunya, jika ia takut. 
Jika ia mampu, hendaknya beranjak dari tempat terjadinya ghibah atau 
memotongnya dengan perbincangan lain. 
          
          Demikian seharusnya.

          Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
          "Barang siapa di dekatnya (di sisinya - pent.) ada seorang mukmin (orang beriman - pent.) dihinakan, dan ia mampu untuk menolongnya, tetapi ia tidak menolongnya, maka Allah 'Azza wa Jalla akan menghinakannya di hadapan seluruh makhluq."

Hadits dhaif: dikeluarkan oleh Ahmad (15555), dan ath-Thabarani ((al-Kabir)) (73/6) dari jalan Ibnu لهيعة dari Musa bin Jabir dari Abu Umamah dari Sahl bin Hanif dari ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Ibnu لهيعة dhaif, dan hadits didhaifkan al-Albani dalam Dhaif al-Jami' (5380).

          Dan, beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda,
          "Barang siapa membela seorang mukmin dari seorang munafik yang mencelanya, Allah mengutus malaikat untuk melindungi dagingnya dari api Neraka pada hari kiamat."

Hadits hasan
: dikeluarkan oleh Abu Dawud (4883) dan Ahmad (15222) dan ath-Thabarani ((al-Kabir)) (194 /20) dari Sahl bin Muadz bin Anas al-Juhani, dari ayahnya, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan dihasankan oleh al-Albani pada Shahih Abu Dawud.

          Amr bin Utbah melihat maula (budak atau orang yang berada di bawah kepemimpinan seseorang - ed) bersama seorang lelaki sedang menggunjing orang lain. 
          Maka, Amr berkata kepada maulanya, "Celaka engkau! Bersihkan pendengaranmu dari mendengarkan perkataan kotor (khianat - ed.), sebagaimana engkau menyucikan jiwamu dari ucapan tentangnya. Maka orang yang mendengarkan itu bersekutu (mendukung - menyetujui - pent.) dengan orang yang mengucapkan.Sesungguhnya, ia melihat kejelekan di dalam hatinya, dan menuangkannya ke dalam hatimu. Seandainya ada orang bodoh mengembalikan kata-kata tersebut kepada mulutnya, sungguh orang yang mengembalikan kata-kata tersebut telah berbahagia, sedangkan orang yang mengucapkannya sengsara."

          Dan, telah banyak hadits yang menyebutkan hak muslim atas muslim yang lainnya. Hadits-hadits tersebut telah ada pada Kitab Pergaulan (كتاب الصحبة).

Bibliografi

  • Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
  • Buku terjemahan - Mukhtashar Minhajul Qashidin - At-Tuqa
  • Kajian Islam Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc - Masjid Umar Ibnul Khaththab, Ponpes Darul Atsar, Kedu, Temanggung

Mukhtashar Minhajul Qashidin
Belajar dengan Menulis Saban Hari

***

WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#16 Bencana Lisan - Ghibah (Menggunjing)"

Menjadi Terampil Menulis
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Nahwu
Mutammimah

Bahasa Arab
Sharaf
Kitabut Tashrif

Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya,
mudah, sedikit demi sedikit,
dan
saban hari.