Widget HTML #1

Mukadimah - Jika cara buang air saja dijelaskan Islam, bagaimana pula perkara Aqidah terhadap Allah?

         Setelah menulis Khutbah Hajah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menulis:

         Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan dari Rabb mereka kepada mereka, dengan penjelasan
  • yang sempurna 
  • dan lengkap
  • baik perkara-perkara kecil 
  • maupun besar pada urusan mereka. 
  • Juga pada perkara-perkara yang nampak 
  • maupun tersembunyi.
         Sampai-sampai, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan mereka apa-apa yang mereka butuhkan dalam masalah makan dan minum, pernikahan, berpakaian, tempat tinggal. Maka, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan mereka, 

  • adab makan dan minum, 
  • membersihkan diri setelah makan dan minum, dan 
  • adab pernikahan
  • adab berpakaian
  • adab-adab masuk dan 
  • keluar rumah.
         Sebagaimana pula, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajari mereka apa-apa yang dibutuhkan di dalam beribadah kepada Allah 'Azza wa Jalla, seperti
  • thaharah (bersuci), 
  • shalat, 
  • shaum (puasa), 
  • haji dan sebagainya.
         Juga mengajarkan, hal-hal yang mereka butuhkan dalam,
  • bermuamalah dengan sesama makhluq, seperti 
  • berbuat baik kepada orang tua
  • bersilaturahim
  • persahabatan yang baik, 
  • bertetangga, dan sebagainya.
          Dan, beliau - shallallahu 'alaihi wa sallam - pun mengajari mereka bagaimana bermuamalah di antara mereka dalam hal 
  • jual-beli, 
  • gadai - menggadaikan
  • sewa - menyewa
  • hibah-menghibahkan dan sebagainya.
          Sehingga Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pun berkata, 

          "Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah wafat, dan tidaklah seekor burung mengepakkan sayapnya di langit kecuali beliau telah menyebutkan kepada kita ilmunya."

Hadits riwayat Ahmad 5 /153, 162, dan الطيالسي 479, dan al-Bazar (كشف - 147), dan Ibnu Hibban dalam shahihnya 1 /142 - 65 - al-Ihsan (71 - Mawardi), dan ath-Thabarani dalam al-Kabir (1647), semua mereka dari hadits Abu Dzar.

         Dan di dalam Shahih Muslim, dari Salman Al-Farisiy radhiyallahu 'anhu bahwa ia pernah ditanya, 

          "Apakah nabi kalian telah mengajari segala sesuatu sampai permasalahan buang air? Salman menjawab, 'Benar, sungguh beliau telah melarang kami untuk menghadap kiblat ketika buang air besar maupun buang air kecil.' Lalu ia menyebutkan hadits tersebut selengkapnya."

Hadits Muslim 262 /57

          Sekarang, ini lebih utama dari perkara-perkara tadi adalah perkara asas dari semua ibadah, dan asas dari perkara akhlaq dan muamalah, yaitu perkara Aqidah (keyakinan) dari seluruh hamba terhadap ilah mereka, dan yang diibadahi mereka.

        Yakni, dalam permasalahan 

dzat-Nya,
nama-nama-Nya
sifat-sifat-Nya, dan 
perbuatan-perbuatan-Nya, dan juga 
✓ hal-hal yang timbul dari permasalahan tersebut berupa hukum-hukum-Nya yang bersifat _kauniyah (takdir) dan 
(hukum-hukum - ed.) syar'iyah mabniyah (syariat yang berdiri - dibangun - ed.) di atas ketinggian hikmah dan puncak rahmat-Nya.

          Para Sahabat telah mengambil akidah yang demikian itu dalam keadaan 
  • yakin, 
  • jernih, dan 
  • bersih (murni - pent.) 
          yang berdiri (dibangun - pent.) di atas tauhid yang sempurna yang mengandung dua rukun dasar:

nafi (peniadaan), dan
itsbat (penetapan).

          Al-Itsbat adalah: menetapkan hal-hal yang wajib bagi Allah ta'ala berupa Rububiyah, Uluhiyah, nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya.

         Sedangkan an-Nafi adalah: meniadakan persamaan dari semua selain Allah ta'ala dengan Allah ta'ala dalam hal-hal yang wajib bagi-Nya.

          Semua itu didapatkan oleh orang-orang yang mengikuti 
  • para sahabat (Rasulullah - ed.) dengan baik
  • yakni dari kalangan yang mengalami di zaman sahabat (para tabi'in), atau 
  • oleh mereka yang datang setelah mereka (para tabi'in - red.) dari kalangan imam-imam yang memberi petunjuk, dan berhak mendapat keridhaan Allah 'Azza wa Jalla, 
          dimana Allah ta'ala telah berfirman, 

          "Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya, maka Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (at-Taubah: 100)

          Kemudian, datanglah belakangan ini generasi-generasi yang 
  • buta terhadap kebenaran atau 
  • pura-pura terhadapnya
  • sehingga mereka sesat 
  • dan menyesatkan
  • baik kurangnya pemahaman 
  • maupun kurang usaha 
  • atau sikap permusuhan 
  • dan tindakan kezaliman
  • Maka, mereka mengada-ada kebid'ahan dalam agama Allah ta'ala
  • dengan hal-hal yang tidak ada asalnya dari Allah ta'ala, baik pada perkara:
Aqidah
Ibadah, maupun
Akhlaq (as-Suluk - red.)

          Lalu, untuk tujuan itu mereka 
  • menyimpangkan nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah
  • Bahkan, mendustakan nash-nash keduanya tersebut, jika itu memungkinkan bagi mereka.

Sumber:
Kitab Taqribut at-Tadmuriyah - Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin
Buku terjemahan - Taqribut at-Tadmuriyah - Kemudahan Memahami Sifat-Sifat Allah
Kajian Islam Taqribut at-Tadmuriyah - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc

***

WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "Mukadimah - Jika cara buang air saja dijelaskan Islam, bagaimana pula perkara Aqidah terhadap Allah?"

Menjadi Terampil Menulis
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Nahwu
Mutammimah

Bahasa Arab
Sharaf
Kitabut Tashrif

Menulis Cerita Lanjutan
Kelindan
Kisah-kisah Nyata


Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya,
mudah, sedikit demi sedikit,
dan
saban hari.