Widget HTML #1

#10 Pasal dalam Melatih Anak-anak sejak Awal Masa Pertumbuhan

          Ketahuilah, bahwasannya anak adalah amanah bagi orang tuanya

          Kalbunya bagaikan permata murni
  • Kalbunya siap menerima setiap bentuk ukiran
  • dan siap menerima segala sesuatu
Jika dibiasakan dengan kebaikan ia akan tumbuh di atas kebaikan

dan kedua orang tua serta pembimbing adabmya akan ikut mendapat pahalanya.

          Namun, jika ia dibiasakan dengan kejelekan, ia akan tumbuh di atas kejelekan. Dan, dosanya ditanggung pula oleh walinya.

         Oleh karena itu, sepantasnya orang tua untuk:

1. menjaganya

2. mengajari adab

3. mendidiknya

4. mengajarinya berbagai akhlaq baik

5. menjaganya dari teman-teman yang jelek

6. tidak membiasakan hidup mewah

7. tidak membuat ia suka terhadap perhiasan dan kemewahan, sehingga anak akan menyia-nyiakan umurnya untuk memburunya kelak ketika telah dewasa.

          Bahkan, orang tua hendaknya,

8. mengawasi anak sejak usia dini.

9. Jangan sampai sang anak disusui dan diasuh selain oleh wanita shalihah dan taat beragama, yang makan makanan yang halal. Karena air susu yang dihasilkan dari makanan yang haram tidak mengandung keberkahan.

10. Ketika tampak tanda-tanda sang anak telah memasuki usia tamyiz (mampu membedakan yang baik dan yang buruk), yaitu tanda pertamanya timbul perasaan malu.

11. Dan yang demikian itu, adalah pertanda kecerdasan, yang menjadi pertanda baik atas kesempurnaan akal ketika sang anak mencapai usia baligh.

12. Sifat malu ini akan sangat membantu dalam pengajaran adab kepadanya.

13. Sifat dominan yang muncul pertama kali pada anak adalah rakus terhadap makanan. Ia perlu diajari adab makan.

14. Sesekali anak perlu dibiasakan untuk makan roti (makanan pokok) saja pada sebagian waktu-waktunya. Hal tersebut agar si anak tidak terbiasa dengan lauk, sehingga menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang harus ada

15. Orang tua hendaknya juga menjelaskan bahwa terlalu banyak makan adalah kebiasaan yang tidak baik. Dan, permisalan orang yang banyak makan seperti hewan-hewan ternak.

16. Para orang tua hendaknya menanamkan kepada anak untuk menyukai pakaian berwarna putih polos yang tidak berbahan sutera. 

17. Dijelaskan kepada anak, bahwa pakaian bercorak atau berbahan sutera adalah pakaian khusus untuk wanita (di dalam rumah - red) dan kaum banci.

18. Orang tua tidak boleh membiarkan si anak bergaul dengan anak-anak lain yang terbiasa hidup mewah.

19. Kemudian, orang tua hendaknya menyibukkan sang anak di perpustakaan (tempat belajar), dengan diajari Al-Qur'an, Al-Hadits dan ucapan-ucapan orang-orang baik (para ulama). Yang demikian itu untuk menanamkan di kalbunya kecintaan kepada orang-orang shaleh.

20. Jangan beri sang anak hafalan syair-syair yang berisi kisah percintaan.

21. Ketika anak menampakkan akhlaq yang bagus dan tingkah laku yang terpuji, sepantasnya ia dimuliakan, diberi hadiah yang membuat ia gembira, dan dipuji di depan orang-orang.

22. Namun, apabila yang terjadi sebaliknya pada beberapa keadaan, hendaknya orang tua berpura-pura tidak mengetahuinya dan tidak membeberkan kesalahannya.

23. Jika sang anak mengulangi perilaku yang buruk itu, ditegur secara diam-diam dan ditakut-takuti bahwa bisa jadi semua orang akan mengetahui perbuatannya.

24. Jangan terlalu sering mencelanya, karena yang demikian itu akan membuat ia meremehkan segala celaan yang ia dengar.

25. Orang tua hendaknya menjaga wibawanya ketika berbicara di hadapan anak-anak.

26. Ibu hendaknya menanamkan pada diri anak untuk memiliki rasa takut kepada ayah.

27. Anak juga perlu dilarang untuk tidur pada pagi hari, karena itu sesungguhnya akan menimbulkan kemalasan. Adapun tidur pada malam hari tidak dilarang.

28. Anak perlu dilarang dari tempat tidur yang terlalu empuk, agar anggota badannya menjadi keras.

29. Anak butuh dibiasakan dengan sesuatu yang kasar (sederhana - red), baik dalam masalah tempat tidur, pakaian maupun makanan.

30. Biasakan anak untuk selalu berjalan, bergerak, dan berolah raga agar tidak menjadi pemalas.

31. Anak juga perlu dilarang membanggakan diri di hadapan teman-teman sebayanya dengan sesuatu yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.

32. Sang anak juga dilarang membanggakan pakaian dan makanannya.

33. Ia mesti dibiasakan untuk bersikap tawadhu (rendah hati) dan memuliakan kepada teman sepergaulannya.

34. Anak dilarang mengambil barang-barang milik temannya.

35. Dan, perlu diajari kepadanya bahwa mengambil barang orang lain adalah perbuatan hina, dan kemuliaan itu adalah dengan pemberian.

36. Anak diberi pengertian tentang buruknya kecintaan terhadap emas dan perak.

37. Anak dibiasakan untuk tidak membuang ludah ataupun ingus ketika berada di majelis.

38. Ia juga dibiasakan untuk tidak menguap di hadapan orang lain.

39. Anak tidak dibiasakan meletakkan salah satu kaki di atas kaki yang lain (nangkring - red).

40. Ia juga dilarang banyak bicara, bahkan dibiasakan tidak berbicara kecuali menjawab - pertanyaan - saja.

41. Dan, dibiasakan untuk mendengarkan dengan baik, ketika ada seseorang lebih tua darinya berbicara.

42. Anak dibiasakan untuk berdiri menyambut kepada orang yang lebih tua darinya, kemudian baru duduk setelah itu di hadapannya.

43. Anak dilarang mengucapkan kata-kata keji, dan dilarang bergaul dengan orang-orang yang mengucapkan demikian juga.

44. Maka, bila demikian sesungguhnya asal hafalan anak-anak kecil adalah yang mereka hafalkan dari teman-teman yang buruk.

45. Setelah anak selesai belajar dari perpustakaan (tempat belajar), sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bermain dengan permainan yang baik. Hal tersebut agar ia beristirahat dari keletihan dalam pelajaran, sebagaimana dalam ucapan, "Istirahatkan kalbu, niscaya ia akan menyerap pelajaran."

46. Hendaknya anak diajari agar taat kepada orang tuanya dan pengajarnya dan menghormatinya.

47. Ketika anak telah mencapai usia 7 tahun, ia diperintahkan untuk shalat, dan tidak diberi toleransi jika ia meninggalkan thaharah, agar ia terbiasa bersuci.

48. Ia juga ditakut-takuti dari perbuatan dusta dan khianat.

49. Dan, bila usianya mendekati baligh, ia diberi beberapa urusan tanggung jawab.

          Dan, ketahuilah bahwa makanan itu adalah obat. Tujuan makanan adalah membuat badan kuat untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah ta'ala. 

          Dan, sesungguhnya, 
  • dunia ini tidak kekal, dan bawasanya 
  • kematian akan memutus segala kenikmatannya, dan 
  • kematian itu ditunggu kedatangannya pada setiap saat. Dan, 
  • orang yang berakal akan mempersiapkan akhiratnya. 
          Jika sang anak tumbuh dalam keadaan shaleh, semua itu akan kokoh di dalam kalbunya, bagaikan kokohnya ukiran pada sebuah batu.

         Sahl bin Abdillah telah mengisahkan, 
         "Ketika aku masih anak-anak berumur 3 tahun, pada suatu malam aku terjaga. Aku melihat shalat pamanku Muhammad bin Sawwar. 

          Maka, suatu hari pamanku berkata kepadaku, 'Tidakkah engkau mengingat Allah yang telah menciptakanmu?' 

          Akupun balik bertanya, 'Bagaimana caraku mengingat-Nya?'

          Beliau menjawab, 'Katakanlah dengan kalbumu, sebanyak tiga kali, tanpa menggerakkan lisanmu: Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.'

          Maka, akupun mengucapkannya selama beberapa malam, kemudian aku memberitahu pamanku.

          Maka, beliau berkata, 'Ucapkanlah kalimat-kalimat tersebut pada setiap malam sebanyak 21 kali.'

          Akupun mengucapkannya yang demikian, sampai terasa manis pada kalbuku.

         Satu tahun kemudian, pamanku berkata kepadaku, 'Jagalah apa yang telah aku ajarkan kepadamu, Teruslah di atas yang demikian sampai kamu masuk ke liang kubur.'

          Maka, akupun senantiasa mengamalkannya selama bertahun-tahun, maka aku mendapatkan manisnya amalan tersebut dalam batinku.

          Kemudian, pamanku berkata kepadaku, 'Wahai Sahl, apakah orang yang Allah bersamanya, dan Allah melihat ia, dan Allah menyaksikannya, akan bermaksiat kepada-Nya? Jauhilah maksiat!'

          Akupun melanjutkan belajar di tempat belajar (perpustakaan) dan aku telah menghafal Al-Qur'an ketika berusia enam atau tujuh tahun. Kemudian aku banyak berpuasa. Makanan pokokku adalah roti gandum. Setelah itu, akupun melakukan shalat malam pada setiap malam."

           Demikianlah keutamaan yang agung disebutkan oleh Al-Qusyairi tentang Sahl bin Abdillah, dan sesungguhnya ibunya memberi padanya 20 dirham, dibelanjakannya selama 20 tahun. Setiap tahun satu dirham, dan ia memiliki sangat banyak kebajikan - semoga Allah ta'ala merahmatinya.

Bibliografi

  • Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
  • Buku terjemahan - Mukhtashar Minhajul Qashidin - At-Tuqa
  • Kajian Islam Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc - Masjid Umar Ibnul Khaththab, Ponpes Darul Atsar, Kedu, Temanggung

Mukhtashar Minhajul Qashidin
Belajar dengan Menulis Saban Hari

***

WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#10 Pasal dalam Melatih Anak-anak sejak Awal Masa Pertumbuhan"

Menjadi Terampil Menulis
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Nahwu
Mutammimah

Bahasa Arab
Sharaf
Kitabut Tashrif

Menulis Cerita Lanjutan

Biografi Inspiratif

Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya,
mudah, sedikit demi sedikit,
dan
saban hari.