Widget HTML #1

#08 Pasal Ketiga: Penjelasan bagaimana seorang hamba mengetahui aib-aib (kekurangan-kekurangan) nya

Mayoritas manusia tak mengetahui aib-aib mereka 

           Ketahuilah, 

sesungguhnya Allah ta'ala jika menghendaki seorang hamba kebaikan, maka Allah ta'ala akan memperlihatkan kepadanya aib-aib (kekurangan-kekurangan) nya.

          Maka, 
  • barang siapa yang memiliki penglihatan (pengetahuan), tak akan tersembunyi padanya kekurangan-kekurangannya.
  • Dan, jika ia mengetahui kekurangan-kekurangannya, ia bisa melakukan pengobatannya.
          Namun, kebanyakan manusia tak mengetahui kekurangan-kekurangan mereka. 

Seseorang dari mereka mampu melihat debu kotoran di mata saudaranya, tetapi ia tak sanggup melihat batang kurma pada matanya sendiri.

         Maka, barang siapa ingin mengetahui aib-aib (kekurangan-kekurangan) pada dirinya, hendaknya ia menempuh empat jalan:

JALAN PERTAMA

  • hendaknya duduk di depan seorang guru yang bisa melihat kekurangan-kekurangan dirinya. Awalnya, ada tanda-tanda kekurangan yang tersembunyi pada murid, maka sang guru menemukannya pada dirinya. 
  • Lalu, guru memakai tanda-tanda kekurangannya tersebut sebagai pijakan untuk kesungguhan si murid. Inilah hubungan antara murid dan gurunya, antara pelajar dan ustadznya. 
  • Guru memberi tahu kekurangan-kekurangan diri muridnya dan sekaligus pengobatannya.
          Hanya saja, jarang didapati guru seperti itu pada zaman sekarang. Barang siapa menemukan guru seperti itu, maka sungguh ia telah menemukan seorang dokter yang ahli. Maka, sepantasnya ia tidak mengabaikannya.

JALAN KEDUA: 

  • hendaknya ia mencari teman yang jujur, berilmu dan taat beragama. 
  • Dia posisikan temannya itu sebagai pengawas bagi dirinya untuk memperingatkan pada akhlaq dan perbuatannya yang tak disukai.
          Sungguh dahulu Amirul Mukminin 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata,      
          "Semoga Allah merahmati orang yang menunjuki pada kami tentang kekurangan-kekurangan kami."

         Dan, 'Umar bin Al-Khaththab bertanya kepada Salman radhiyallahu 'anhu ketika mengunjungi padanya, tentang kekurangan-kekurangannya. Maka Salman berkata, 
          "Aku telah mendengar bahwa engkau menggabungkan dua lauk pauk dalam satu hidangan. Aku juga telah mendengar bahwa engkau memiliki dua pakaian, pakaian malam dan pakaian siang."
         'Umar bertanya kembali, "Adakah hal lain yang disampaikan kepadamu?"
         Salman menjawab, "Tidak ada."
         'Umar berkata, "Adapun dua hal tersebut, aku telah berhenti."

          'Umar juga pernah bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, "Apakah aku termasuk orang-orang munafik?"

         Hal ini, dikarenakan semakin tinggi seseorang martabat (kedudukan) nya dalam kehidupan, semestinya semakin besar pula kecurigaan terhadap dirinya sendiri.

          Akan tetapi, untuk mendapatkan teman dengan sifat seperti itu (yang mengawasi dan memperingati dari perbuatan yang tak disukai) 
  • sangat jarang ditemui pada zaman sekarang. Dikarenakan, 
  • sedikit sekali teman-teman yang meninggalkan basa-basi (menjilat dan mencari muka), untuk memberitahu kekurangan-kekurangan. Atau, 
  • sedikit sekali yang meninggalkan sifat hasad (dengki, iri hati). Sehingga mau memberitahu tidak lebih dari batasan yang wajib saja.
          Dan, sungguh para Salaf menyukai orang yang memperingatkan mereka akan aib-aib (kekurangan-kekurangan) mereka. Adapun kita kini, 

umumnya justru paling benci kepada manusia yang memberitahu kepada kita tentang kekurangan-kekurangan kita.

         Ini menunjukkan kepada lemahnya iman. 

Sungguh, bahwa akhlaq yang buruk itu ibarat kalajengking-kalajengking. Seandainya, ada seorang yang memperingatkan kita bahwa, di balik baju salah seorang dari kita ada kalajengking, kita akan berterima kasih kepadanya, lalu kita akan berusaha membunuhnya.

          Akhlaq rendahan lebih besar bahayanya daripada kalajengking-kalajengking yang tidak tersembunyi.

JALAN KETIGA

  • dengan mengambil faedah mengetahui kekurangan-kekurangan diri sendiri dari ucapan-ucapan orang yang memusuhinya.
          Maka, sesungguhnya mata yang penuh ketidakpuasan (kemarahan) akan menampakkan kejelekan-kejelekan lawan. 
  • Dan, boleh jadi manfaat dari seorang manusia didapat dari musuh yang menyebutkan kekurangan-kekurangannya.
  • Dan, itu lebih besar didapat dari pada manfaat yang diperoleh dari teman yang basa-basi (cari muka dan penjilat) yang menyembunyikan kekurangan-kekurangannya.
         Namun, terkadang itu dianggap sebesar-besar penentangan musuh, dan ia membawa apa yang dikatakan kepadanya sebagai kedengkian.

         Akan tetapi, 
sosok yang berpandangan luas dapat mengambil manfaat dengan perkataan musuh-musuhnya.

JALAN KEEMPAT

  • hendaknya bergaul dengan manusia. 
  • Setiap kali ia melihat hal-hal tercela di antara mereka, ia berusaha menjauhinya.
  • Dan, sesungguhnya orang beriman itu cermin bagi orang beriman lainnya. Ia melihat kekurangan-kekurangan dirinya dari kekurangan-kekurangan selain dirinya.

Bibliografi

  • Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
  • Buku terjemahan - Mukhtashar Minhajul Qashidin - At-Tuqa
  • Kajian Islam Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc - Masjid Umar Ibnul Khaththab, Ponpes Darul Atsar, Kedu, Temanggung

Mukhtashar Minhajul Qashidin
Belajar dengan Menulis Saban Hari

***

WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Posting Komentar untuk "#08 Pasal Ketiga: Penjelasan bagaimana seorang hamba mengetahui aib-aib (kekurangan-kekurangan) nya"

Menjadi Terampil Menulis
Hanya dari kebiasaan menulis sederhana
Menulis Cerita

Kisah Nyata
rasa Novel


Bahasa Arab
Nahwu
Mutammimah

Bahasa Arab
Sharaf
Kitabut Tashrif

Menulis Cerita Lanjutan

Biografi Inspiratif

Bahasa Indonesia
Belajar
Kalimat

Bahasa Indonesia
Belajar
Menulis Artikel


Bahasa Indonesia
Belajar
Kata

Bahasa Indonesia
Belajar
Gaya Bahasa

Disalin oleh belajar.icu
Blog Seputar Mendesain Kebiasaan Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya,
mudah, sedikit demi sedikit,
dan
saban hari.